

Gerak-gerik kita tidak terlepas dari dekapan waktu. Balutan setiap detiknya, setiap menitnya, setiap jamnya. Sampai dengan semuanya pergi dari kita. Dan tidak ada waktu lagi yang kita miliki.
Detik demi detik yang kita lalui selalu memiliki makna, selalu memiliki cerita, dari mulai cerita menyedihkan sampai dengan membahagiakan. Pernahkah kita mencatat pada kehidupan kita, cerita mana yang paling banyak yang kita telah perbuat?
Setiap detik yang kita lalui apakah menyakitkan hati orang lain atau membahagiakannya?
Membuat orang tersenyum ataukah malah sebaliknya?
Menenangkan keadaan ataukah menambah kegelisahan dan merusak yang seharusnya terjaga indah? Begitu pula kepada suami, isteri, anak, dan orangtua kita.
Pernah saya temui dua orang yang sedang adu argumen, yang andai saja salah satu dari mereka bersabar dan tidak saling keras, pastinya mereka masih bersahabat dan masalah yang mereka perdebatkan selesai dengan indah.
Tetapi disaat salah satu diantara mereka sudah mereda emosinya malah yang satunya lagi semakin memanas dan tanpa terkontrol dengan hitungan satu detik terucap kata “menyesal saya kenal dengan kamu”.
Padahal baru saja teman yang satu akan mengucapkan maaf, tetapi saat itu mendadak terkunci mulutnya, kaget serasa ada petir yang menyambar, dan putuslah perkenalan mereka dan detik itu adalah akhir dari pertemuan mereka.
Keadaan ini pun sering saya temui terjadi pada pecahnya hubungan suami isteri yang sudah dibina dengan cinta kasih selama bertahun-tahun. Subhanallaah. . .
Ibarat piring yang bersih lalu dilemparkan sampah kedalamnya, sedetik itu pula kotor dan tak berarti lagi.
Semoga Allah senantiasa membimbing segala pekataan dan perbuatan kita.
“Lakukanlah dengan baik, dengan cara yang baik, untuk hasil yang baik.”
Salam Inspirasi,
Helmi Ariwibawa