“Aku gak mau mondok mah, gak mau… huhuhuhu… aku gak mau ditinggal disini…” suara isak tangis Rafi Al Munawwar, seorang anak kelas 4 SD. Rafi kecil panggilan akrabnya, sebab memang tubuhnya yang kecil, karena ada dua Rafi di Pondok, yang satu lagi berbadan lebih besar.
Rafi kecil sudah kelas 5 SD, berarti genap sudah hampir 1 tahun di Pondok. Alhamdulillah hafalannya sudah 4 Juzz. Dan Rafi berbeda dengan dulu sewaktu pertama masuk, sekarang dia betah dan mandiri, lebih cekatan dan ceria, apalagi ditambah dengan hafalan Qur’an yang dimilikinya.
Pulang liburan kemaren dengan percaya dirinya Rafi menenteng tasnya yang berisi pakaian, sambil mengatakan “enakan di Pondok, mama dan tetangga-tetangga bilang Rafi putihan dan bersihan di Pondok”, hehehehe… dulu aja pakai nagis segala.. wajar sih karena sebagian orang punya pemikiran kalau Pondok Pesantren gak terawat, makan dan hidup apa adanya, tidur di atas Kasur lipat atau kapuk yang sudah peyot dan dekil, apalagi ditambah penyakit kulit, kutu dan pengasuhnya yang galak dan senioritas.
“Berbeda dengan Pondok Tahfizh Daarul Multazam, disini beda banget deh dari yang saya pikir tentang Pondok Pesantren, disini Rafi bener-bener dianggap jadi anak ayah dan bundanya di Pondok, segala kebutuhan dan keperluannya gak dibedain juga untuk anak-anak yang lain, dan alhamdulillah pengasuh dan teman-teman Rafi di Pondok sayang semua layaknya satu keluarga, saya bahagia banget Rafi hafalan Qur’annya sudah banyak, yaa Allah bahagia banget, karena Rafi harapan saya anak laki-laki yang bisa nolong saya di akhirat, semoga Rafi jadi anak yang sholih”, tutur mama dari Rafi Kecil sambil meneteskan air mata.