Begitulah seharusnya seorang muslim. Tuntas di satu ladang amal, maka ia segera bergegas ke ladang amal lainnya.
Bergerak, bekerja & berkarya, begitulah seharusnya seorang muslim. Ia tidak mengenal “terlalu muda” atau “terlalu tua”. Karena ratusan inspirasi bertebaran di semua jenjang usia. Usia SMP-SMU, kisah-kisah pemudah fenomenal bisa membuka mata.
17 tahun, Usamah bin Zaid dipercaya Rasulullah SAW memimpin pasukan ke Syam.
Imam Syafi’i, belum 10 tahun hafal Qur’an, 15 tahun mulai berfatwa.
Usia 20-30, jangan lupakan Umar Bin Abdul Aziz dan Muhammad Al Fatih.
25 tahun Umar bin Abdul Aziz sudah menjadi gubernur Madinah/Hijaz.
21 tahun Al Fatih menaklukkan Konstantinopel, tercatat tinta emas sejarah.
Usia 30-40, usia pertengahan yang produktif.
Tak terhitung tokoh-tokoh teladan segala bidang yang berkarya di usia ini.
Usia 40-50, Rasulullah SAW bisa jadi contoh terbaik. “Karir” kenabian beliau justru dimulai dari usia 40.
Usia 50-60, Rasulullah SAW masih jadi teladan ideal. Perang-perang penting fase Madinah semuanya saat usia diatas 50.
Perang Badar di usia 54, Perang Uhud di usia 55, Perang Khandaq di usia 57. Bahkan di usia 60, ratusan KM masih ditempuh untuk mencapai Tabuk.
Usia 60-70, Utsman bin Affan lah contoh terdepan.
Saat menginjak 65, beliau tak menolak amanah khalifah. Berbagai pencapaian pun terukir di zamannya.
Usia 70-dst, beberapa ulama kontemporer perlu diteladani. Yusuf Qardhawi masih aktif hingga kini menjelang usianya yang 90 tahun.
Abdullah bin Bayyah masih menelurkan buku di usia 70 tahun lebih.
Bergerak, bekerja & berkarya, begitulah seharusnya seorang muslim.
Baginya, tak ada kata pensiun, karena pensiun adalah di surga.
Faidzaa faroghta fanshob wa ilaa robbika faghob
Jabat erat
daarulmultazam.com